11 February 2013

Pesan, Wanita dan Gombal



Perasaan hanya dibui selaput tipis agar ia tersakiti, seperti air yang hanya butuh satu sentuhan agar ia beriak. Dan perasaan juga hanya butuh satu rasa sakit untuk membunuh mimpi yang telah lama ada, seperti  riak air yang hanya butuh sedetik untuk membunuh keheningan. Adalah satu hal yang sangat lucu sekaligus ironis ketika hati menyelimuti logika.


Gerimis belum tertidur ketika kulihat ia (wanita itu) menikmati rayuan sang Penggombal ulung. Ada rasa yang tak mampu kuhaturkan dan ada sakit yang tak mampu terungkapkan dalam relung jiwa memperhatikannya. Bukan karena sang perayu tak sempurna, melainkan karena sang wanitalah yang belum sempurna.
***
Seribu jurus telah digunakan sang lelaki, dan seribu jurus pula yang mengenai sang wanita. Pilur-pilur bahagia penuhi raut wajahnya. Bulanpun tak mampu merona sepertinya. Sangat indah. Cinta, untuk apa kau memenjarakannya dalam bom waktu yang akan membunuhnya. Maafkan aku yang terlanjur tak sanggup melihatnya bahagia.
Andai aku diberi pilihan, melihat cinta membuatnya tersenyum hari ini, atau mendengar cinta membuatnya bahagia nanti setelah lafadz akad nikah dilontarkan oleh lelaki sejati yang akan datang, maka dengan rasa,  aku kan berteriak “Tunggu sajalah lelaki sejati itu!”.
Ingin aku sampaikan padanya, “Nantikan ia yang benar-benar mencintaimu dengan syair di hadapan orang tuamu, karena ia yang berpuisi di hadapanmu hari ini, masihlah berbicara tentang janji. Dan aku ingin kau tahu bahwa setiap laki-laki mungkin saja bergenit-genit ria di hadapan seribu wanita, namun hanya akan ada satu wanita yang ia kenang sebelum tertidur nyenyak di malam hari, yaitu wanita yang paling ia sayang. Sudahkah kau yakin bahwa kaulah yang paling ia sayang ??”

No comments:

Post a Comment