“Kesimpulannya adalah orang
membencimu karena ia mencintaimu”
(SIGMA HOUSE)
(SIGMA HOUSE)
Terinspirasi dari seorang saudara yang berkunjung ke Sigma
House. Beliau datang membawa luka yang membara karena katanya cinta yang
terabaikan oleh seseorang.
Jum’at, 02 November 2012, Sigma
House terjebak dalam kajian kontemporer tentang cinta, meskipun sebenarnya kami
bukanlah nabi cinta, namun apa yang kami hadapi memaksa kami bercerita tentang
cinta .
Cinta kadang melukis senyum di
wajahmu dan tak jarang menggores luka di hatimu. Dalam semesta pembicaraan kita
ini, apapun yang terjadi, senyum ataupun luka, pelakunya adalah cinta. Senyum
yang demikian indahnya, membuat mata seseorang menjadi buta, ada rasa yang
lebih yang kita miliki terhadap orang yang membuat kita mampu tersenyum. Suatu
hal yang seyogyanya tak lagi perlu dipertanyakan. Keindahan adalah hal kodrati
yang diinginkan manusia. Semua manusia pasti menginginkan ia tersenyum.
Namun senyum itu tiba-tiba
berubah menjadi luka ketika apa yang menjadi harapan kita tak kunjung datang
atau malah makin menjauh. Sakit ataupun kekecewaan akan muncul dengan
tiba-tiba. Dan ketika kita tanyakan,
kenapa mesti kecewa, memangnya ia satu-satunya di dunia ini? Jarang di antara
kita yang mampu menjawab dengan logis.
Bagi kami, sakit yang muncul itu,
karena kita memiliki cinta. Tak mungkin kita akan marah sedemikian rupa pada
seseorang jika kita tak mencintainya. Ingatlah ketika orang tua kita marah,
semua semata-mata karena ia mencintai kita. Pun demikian jika kita marah ataupun
jengkel pada seseorang karena perbuatannya. Kita marah karena kita tidak mau ia
melakukan perbuatan itu. Kita marah karena kita menginginkan ia baik,
menginginkan ia sempurna di mata kita. Kita menginginkan ia senantiasa
memberikan yang terbaik bagi kita. Kita selalu saja berharap kebaikan darinya. Jika
tidak, buat apa kita marah?
Adapun rasa benci yang kita miliki, ia datang dari kejengkelan itu sendiri. Logika matematikanya adalah, jika kita benci maka kita jengkel/marah dan jika kita jengkel/marah maka kita cinta. Tak akan terbantahkan dalam teori matematika apabila disimplkan, jika kita benci maka kita cinta. Jadi Tak usah takut kawan karena kesimpulannya adalah orang membencimu karena ia mencintaimu. Tugas kita sekarang adalah mengubah caranya mencintai kita. Sudah ada benih cinta dalam diri orang yang membenci kita, marilah kita sirami.
No comments:
Post a Comment