Apakah kita harus terus membenci seseorang yang telah
membuat kita kecewa ?? Saya pikir,
bukanlah itu yang diajarkan oleh hidup. Hidup justru meminta kita untuk tetap
bersatu, meski kita berbeda. Meminta kita untuk meminta maaf dan memaafkan,
meski sakit akibat luka yang pernah terukir. Sayangnya kita terlalu sering hanya
terpaku pada rasa sakit, dan mengabaikan hal lain yang justru akan mendamaikan.
Ketika ia meminta maaf, tidak jarang justru berat bagi kita
untuk memaafkan. Dilisan mungkin dimaafkan, tapi di hati? Kita tidak berusaha
memikirkan betapa susahnya meminta maaf apalagi untuk perbatan yang sebenarnya
tidak dimaksudkan untuk membuat kecewa. Untuk meminta maaf, kadang harga diri
harus dikorbankan.
Memaafkan mungkin adalah hal yang paling berat bagi kita,
tapi disadari atau tidak, cara paling ampuh untuk mengobati rasa kecewa adalah
dengan memaafkannya. Dengan memaafkan pula, kita bisa membantu seseorang
sedikit keluar dari tekanan morilnya.
Memang sih, ada banyak juga kesalahan yang mungkin sangat
berat untuk dimaafkan. Tapi bukan berarti, itu alasan bagi kita untuk tidak
belajar memaafkan. Apalagi, semua yang terjadi pada kita, termasuk apa yang si
pembuat kecewa lakukan pada kita, mungkin juga karena kita. Paling tidak,
karena kita memang menempatkan diri untuk diperlakukan seperti itu, secara
sadar ata tidak.
So, kenapa tidak memaafkan.??
Sebuah pendapat asalnya dari apa yang diketahui. Jadi, benar
atau salahnya, semua juga bergantung pada apa yang kita ketahui hari ini.
No comments:
Post a Comment