Tak tahu lagi harus berkata apa,
Detik demi detik kian memaksa dan mengutuk,
melepaskan selimut kebohongan yang selama ini menghatkanku.
Dan, ku tak lagi mampu membohongi hatiku.
Bulir-bulir kejujuran terus menjadi tunas yang kian hari kian besar,
merongrong mimpiku tentang indahku denganmu.
Buka tak mau hidup dalam kesucian.
Hanya takut tak mampu mengunci kebahagiaan untukmu.
Dalam relung-relung jiwa terus mengajariku mendewakan dilema.
Ternyata suciku bukan berarti kubahagia.
Sepungguk senyuman bukan tempat meretas lelah,
Hanya derai-derai sesal mengalir menjadi kuyup walau dengan dosa.
Tak perlu bermandi retorika untuk membuaiku dalam sesal,
dengan ejekanpun Aku telah mati...
Baris puisi ini berjalan tanpa makna,
tak apalah, jiwakupun sama,
No comments:
Post a Comment